Cobain Deno yuk, katanya sih lebih seru
Hei, apa kabar kalian semua para penggiat ngoding? Semoga sehat dan semangat terus ya! Kalian pasti nggak asing kan sama yang namanya Node.js? Iya, itu lho runtime JavaScript yang udah jadi jagoan di backend atau buat bikin perkakas-perkakas keren di command line. Udah lama banget Node.js nemenin kita, ekosistemnya gede banget, paket-paket di npm seabrek, pokoknya udah mapan deh.
Tapi, dunia teknologi itu kan nggak pernah berhenti berputar ya? Selalu ada aja ide baru, terobosan baru, yang coba memperbaiki atau menawarkan cara pandang yang beda dari yang udah ada. Nah, salah satu yang lagi naik daun dan sering banget dibicarain itu namanya Deno. Katanya sih, ini adiknya Node.js, tapi versi yang udah update dan lebih seru. Penasaran kan, emang seseru apa sih Deno ini? Yuk, kita bedah bareng-bareng!
Deno Itu Apa Sih, Sebenarnya?
Secara sederhana, Deno itu juga sebuah runtime buat menjalankan kode JavaScript dan TypeScript di luar browser. Sama kayak Node.js, Deno dibangun di atas engine JavaScript V8 milik Google (yang juga dipakai di browser Chrome). Jadi, urusan nge-eksekusi kode JS, performanya mirip-mirip lah.
Yang bikin Deno beda dan sering disebut sebagai "generasi selanjutnya" itu adalah filosofi dan arsitekturnya yang didesain ulang. Deno ini dibuat oleh orang yang sama yang bikin Node.js pertama kali, Ryan Dahl. Setelah bertahun-tahun melihat perkembangan Node.js, Ryan dkk sadar ada beberapa hal fundamental di Node.js yang kalau dibikin dari awal lagi, kayaknya bakal dibikin beda. Nah, Deno ini adalah wujud dari "kalau bikin Node.js lagi dari nol di tahun 2018", kira-kira gitu deh filosofinya.
Jadi, Deno itu bukan sekadar fork atau cabang dari Node.js, tapi bener-bener proyek baru dengan tujuan dan pendekatan yang berbeda.
Kenapa Deno Itu Katanya Lebih Seru? (Poin-poin yang Bikin Dia Beda)
Oke, ini dia bagian yang menarik. Kenapa Deno sering dibilang lebih modern atau punya keunggulan dibanding Node.js? Ada beberapa poin utama:
- Keamanan Jadi Prioritas Utama (Secure by Default)
Ini salah satu perbedaan paling mencolok dan fundamental. Secara default, Deno itu aman banget. Maksudnya gimana? Program Deno itu berjalan di dalam sandbox. Artinya, secara bawaan, kode Deno nggak punya akses sama sekali ke sistem file kamu, jaringan, atau environment lainnya. Kalau programmu butuh akses ke resource tertentu (misalnya, baca file, kirim request ke internet, atau akses variabel environment), kamu harus kasih izin secara eksplisit pakai flag di command line saat menjalankan programnya.
Contoh: * Mau baca file data.txt
? Nggak bisa langsung, harus pakai deno run --allow-read main.ts
. * Mau kirim request ke API di internet? Nggak bisa langsung, harus pakai deno run --allow-net main.ts
. * Mau akses keduanya? Pakai deno run --allow-read --allow-net main.ts
atau deno run --allow-all main.ts
(tapi --allow-all
sebaiknya dihindari di produksi ya, karena jadi nggak aman lagi).
Ini beda banget sama Node.js yang secara default bisa ngelakuin apa aja (baca/tulis file, akses jaringan) tanpa perlu izin eksplisit. Konsep keamanan kayak gini bikin kamu jadi lebih hati-hati dan sadar resource apa aja yang diakses sama skrip yang kamu jalankan, apalagi kalau kamu lagi nyoba-nyoba kode dari sumber yang nggak sepenuhnya kamu percaya. Jadi, lebih aman dari potensi skrip jahat yang diem-diem ngelakuin hal nggak bener di komputermu.
- Dukungan TypeScript Langsung dari Sananya
Buat yang suka atau udah pakai TypeScript, ini pasti bikin seneng. Deno punya dukungan bawaan buat TypeScript. Kamu bisa nulis kode langsung pakai .ts
tanpa perlu install TypeScript compiler terpisah, tanpa perlu konfigurasi tsconfig.json
yang kadang bikin pusing, dan tanpa perlu proses transpiling manual. Deno bakal nge-handle itu semua di belakang layar. Ini bikin development experience buat project TypeScript jadi jauh lebih mulus dan cepat.
- Sistem Modul Berbasis URL (Bye Bye
node_modules
!)
Ini mungkin salah satu yang paling hype dan bikin Deno kelihatan beda banget dari Node.js. Kalau di Node.js kita kenal require()
atau import
dari folder node_modules
yang seringkali gede banget sampai bikin space hard disk cepat penuh, di Deno pendekatannya beda total.
Deno mengadopsi sistem modul yang mirip kayak di browser modern, yaitu berbasis URL. Kamu bisa import modul langsung dari web!
Contoh: import { serve } from "https://deno.land/std/http/server.ts";
Ya, kamu nggak salah baca. Kamu import modul serve
buat bikin HTTP server langsung dari URL di internet! Deno bakal download dan cache modul itu pertama kali kamu jalankan. Jadi, nggak perlu download lagi kalau udah pernah dipakai. Sistem ini menghilangkan kerumitan node_modules
dan dependency tree yang kadang bikin mumet. Plus, kamu bisa import modul dari mana aja, asalkan itu valid URL dan isinya kode JS/TS yang bisa dijalankan Deno. Platform deno.land/std menyediakan Standard Library yang stabil dan terkurasi, sedangkan deno.land/x adalah tempat buat modul-modul pihak ketiga yang disubmit komunitas (mirip npm, tapi diakses via URL).
Ada kelebihan dan kekurangannya sih pakai URL. Kelebihannya jelas, simpel, nggak ada node_modules
. Kekurangannya, kamu harus hati-hati dengan versi modul di URL (biasanya pakai /vX.Y.Z/
) dan memastikan sumbernya terpercaya. Tapi secara konsep, ini bener-bener fresh dan menghilangkan salah satu "pain point" terbesar di ekosistem Node.js.
- Tooling Lengkap Langsung dari Sananya
Di Node.js, kalau kamu mau format kode, linting, ngetes, atau bikin bundling, kamu biasanya harus install banyak banget paket pihak ketiga: Prettier, ESLint, Jest, Webpack, Babel, dll. Konfigurasinya juga kadang lumayan bikin pusing.
Deno? Hampir semua tooling dasar yang kamu butuhkan itu sudah built-in di dalam satu executable Deno itu sendiri. Kamu punya perintah: * deno fmt
: Buat format kode (mirip Prettier). deno lint
: Buat linting* kode (mirip ESLint). deno test
: Buat menjalankan test*. deno bundle
: Buat bundling* kode jadi satu file JS. * deno doc
: Buat generate dokumentasi dari kode kamu. deno compile
: Buat bikin standalone executable* dari skrip Deno kamu (kode+runtime jadi satu file, gampang deploymentnya!).
Ini bener-bener ngurangin overhead banget saat setup project baru. Kamu nggak perlu install banyak dev dependencies, nggak perlu bikin banyak file konfigurasi di awal. Tinggal ngoding, terus jalankan perintah Deno yang udah tersedia. Simple!
- Standard Library yang Stabil
Deno punya Standard Library sendiri yang di-host di deno.land/std
. Isinya modul-modul penting yang sering dibutuhkan, seperti modul buat HTTP server, manipulasi file, pengolahan data, kriptografi, dll. Modul-modul di Standard Library ini dijamin stabil, diaudit oleh tim Deno, dan punya API yang konsisten. Ini beda sama banyak modul built-in di Node.js yang sebagian masih pakai API lama atau kurang konsisten. Adanya Standard Library yang kuat bikin kamu nggak perlu buru-buru nyari modul pihak ketiga buat tugas-tugas umum.
- Top-Level
await
Di Deno, kamu bisa langsung pakai kata kunci await
di level paling atas (di luar fungsi async
). Ini fitur kecil tapi sangat membantu buat nulis skrip-skrip sederhana atau one-off task yang butuh nunggu operasi asynchronous selesai. Di Node.js (sebelum versi 14), kamu harus membungkusnya di dalam fungsi async
yang di-invoke langsung.
Oke, Tertarik Buat Nyobain? Gimana Caranya?
Nggak sulit kok buat mulai main-main sama Deno. Cara instalasinya gampang banget dan Deno itu single executable, jadi kamu nggak perlu pusing sama dependency ini-itu setelah install.
Cara Install (Pilih salah satu, tergantung OS kamu):
- Shell (Linux/macOS):
curl -fsSL https://deno.land/install.sh | sh
- PowerShell (Windows):
iwr https://deno.land/install.ps1 -useb | iex
- Winget (Windows):
winget install Deno.Deno
- Chocolatey (Windows):
choco install deno
- Homebrew (macOS):
brew install deno
Setelah install, kamu bisa cek versinya dengan menjalankan deno --version
di terminal.
Contoh Kode Pertama "Hello, Deno!"
Bikin file baru, misalnya main.ts
(atau .js
juga boleh):
typescript
// main.ts
console.log("Hello from Deno!");
Jalankan dari terminal: deno run main.ts
Outputnya: Hello from Deno!
Simple kan? Sekarang coba yang sedikit lebih "Deno-ish", misalnya fetch data dari internet:
typescript
// fetch_data.ts
const response = await fetch("https://deno.land");
const text = await response.text();
console.log("Fetched content length:", text.length);
Kalau kamu coba jalankan deno run fetch_data.ts
, Deno akan memberitahu kamu kalau skrip ini mencoba mengakses jaringan dan akan error karena nggak punya izin. Kamu akan lihat pesan seperti:
error: Uncaught (in promise) PermissionDenied: network access to "https://deno.land/" ... use --allow-net flag
Nah, itu dia fitur keamanannya bekerja! Supaya skrip ini jalan, kamu harus kasih izin akses jaringan:
deno run --allow-net fetch_data.ts
Sekarang, skripnya bakal jalan, nge-fetch halaman deno.land, dan nyetak panjang kontennya. Keren kan? Kamu belajar langsung tentang sistem izinnya Deno hanya dari contoh sederhana ini.
Deno vs. Node.js: Perbandingan Singkat
Oke, kalau disuruh milih, kapan pakai Deno, kapan pakai Node.js? Ini bukan soal mana yang "lebih baik" secara absolut, tapi mana yang "lebih pas" buat kebutuhan kamu.
Fitur | Node.js | Deno |
---|---|---|
Keamanan | Akses penuh secara default. | Aman secara default, butuh izin eksplisit. |
Sistem Modul | require() / import dari node_modules . |
import dari URL (HTTP/HTTPS/file path). |
TypeScript | Butuh setup terpisah (compiler, config). | Built-in, langsung jalan .ts . |
Standard Library | Modul built-in kurang konsisten API-nya. | Standard Library terkurasi dan stabil (deno.land/std ). |
Tooling | Sangat bergantung pada paket pihak ketiga (npm). | Built-in (fmt , lint , test , bundle , doc , compile ). |
Ecosystem | Sangat besar (npm punya jutaan paket). | Masih berkembang, lebih kecil dari npm. |
Maturity | Sudah sangat matang, stabil, dipakai luas di industri. | Masih relatif baru, berkembang pesat, komunitas aktif. |
Deployment | Perlu bundling atau menyertakan node_modules . |
Bisa compile jadi standalone executable yang simpel. |
Async | require() sinkron, await top-level butuh flag. |
Semua I/O defaultnya async (pakai Promise), await top-level built-in. |
Intinya, Node.js unggul di ekosistem dan kematangannya. Kamu bakal jarang nemu masalah yang belum ada solusinya di npm. Deno unggul di kesederhanaan (khususnya tooling dan dependency management), keamanan default, dan dukungan bawaan buat fitur-fitur modern seperti TypeScript dan top-level await.
Kapan Deno Jadi Pilihan Menarik?
- Project Baru: Kalau kamu mau mulai project dari nol, Deno bisa jadi pilihan yang menarik karena setup-nya cepat dan tooling-nya lengkap.
- Mementingkan Keamanan: Aplikasi yang sangat sensitif terhadap akses file atau jaringan bisa lebih aman di Deno karena sistem perizinannya yang ketat.
Suka TypeScript: Kalau kamu tim TypeScript garis keras, pengalaman development* di Deno terasa lebih natural.
- CLI Tools: Bikin command-line tool di Deno itu gampang banget, apalagi bisa dicompile jadi satu file executable.
- Belajar Hal Baru: Ya, ini kesempatan bagus buat belajar arsitektur runtime yang beda dan modern.
Kapan Node.js Masih Jadi Pilihan Utama?
- Project yang Sudah Ada: Migrasi project Node.js besar ke Deno itu kerjaan gede, apalagi kalau ketergantungannya ke paket npm sangat tinggi.
- Butuh Paket npm Spesifik: Kalau project kamu sangat bergantung pada satu atau beberapa paket npm yang belum ada padanannya di ekosistem Deno, Node.js masih jadi pilihan logis. Meskipun Deno bisa menjalankan beberapa modul Node.js pakai compatibility layer, itu belum 100% sempurna untuk semua paket.
- Tim Sudah Terbiasa Node.js: Kalau tim kamu udah sangat nyaman dan ahli dengan ekosistem Node.js, mungkin lebih efisien tetap pakai Node.js.
Tips Seru Biar Makin Akrab Sama Deno
Buat kamu yang udah nggak sabar pengen nyobain Deno atau baru mulai eksplorasi, ini ada beberapa tips biar pengalamanmu makin smooth dan menyenangkan:
- Pahami Konsep Perizinan (Permissions) Dulu: Ini hal paling penting dan berbeda dari Node.js. Jangan kaget kalau skripmu error karena "Permission Denied". Biasakan diri pakai flag
--allow-...
saat menjalankan skrip. Ini adalah fitur keamanan yang kuat, bukan hambatan. Pikirkan izin apa saja yang benar-benar dibutuhkan oleh skripmu. - Manfaatkan Built-in Tools: Deno fmt, Deno lint, Deno test, Deno bundle, Deno compile. Jangan malas pakai ini. Mereka sudah ada di sana, siap pakai, tanpa konfigurasi ribet. Ini bikin workflow development kamu lebih efisien dan konsisten. Biasakan nge-format kode pakai
deno fmt
dan ngecek error/style pakaideno lint
sebelum nge-commit. - Jelajahi Standard Library (deno.land/std): Sebelum buru-buru nyari modul pihak ketiga di deno.land/x, cek dulu di Standard Library. Mungkin fitur yang kamu cari sudah ada dan dijamin kualitasnya oleh tim Deno. Ini bisa menghemat waktu dan mengurangi ketergantungan pada pihak luar.
- Gunakan TypeScript: Meskipun Deno bisa menjalankan JavaScript biasa (
.js
), kekuatan penuhnya terasa kalau kamu pakai TypeScript (.ts
). Dukungan bawaannya bikin nulis TS jadi gampang banget. TypeScript bisa membantu menangkap error lebih awal dan membuat kodemu lebih terstruktur. - Hati-hati dengan Import dari URL: Sistem modul berbasis URL itu powerful, tapi kamu harus aware. Selalu tentukan versi modul yang kamu import (misalnya
https://deno.land/[email protected]/http/server.ts
) supaya aplikasimu nggak tiba-tiba error karena ada breaking change di versi terbaru modul yang kamu import. Gunakan filedeps.ts
(atau nama lain) buat mengumpulkan semua import URL kamu di satu tempat biar gampang diatur dan di-update. - Install Deno di Editor Kamu: Kebanyakan editor modern (VS Code, Neovim, dll.) punya extension atau plugin buat Deno. Ini bakal ngasih kamu fitur-fitur keren kayak intellisense, code completion, nge-format otomatis, dan linting saat kamu lagi nulis kode Deno. Cari extension "Deno" di marketplace editor kamu.
- Mulai dengan Project Kecil: Jangan langsung coba rewrite project Node.js yang udah gede banget ke Deno. Mulai dari yang kecil, mungkin bikin CLI tool sederhana, bikin API kecil-kecilan, atau coba bikin aplikasi web statis pakai framework Deno kayak Fresh (framework web full-stack Deno yang keren). Rasakan dulu bedanya, pahami alurnya.
- Keep Up with Deno Updates: Deno itu masih berkembang cukup pesat. Rilis baru sering keluar dengan fitur-fitur baru, perbaikan performa, dan bug fixes. Biasakan diri untuk update Deno secara berkala dengan
deno upgrade
. Cek blog Deno atau rilis notenya buat lihat apa aja yang baru.
Kesimpulan
Deno itu menawarkan perspektif yang segar dan modern dalam menjalankan JavaScript/TypeScript di luar browser. Dengan fokus pada keamanan default, tooling bawaan yang lengkap, dan sistem modul berbasis URL yang unik, Deno berusaha memperbaiki beberapa "warisan" dari Node.js yang dianggap kurang ideal di era modern pengembangan web.
Memang benar, ekosistem Deno belum sebesar Node.js. Tapi, komunitasnya aktif, dan perkembangannya cepat banget. Banyak framework dan library menarik bermunculan khusus buat Deno (kayak Oak buat API, Fresh buat web full-stack, dll.).
Jadi, kalau kamu lagi nyari tantangan baru, pengen coba sesuatu yang beda dari Node.js, atau sekadar penasaran se-seru apa sih Deno itu, jangan ragu buat nyobain. Install Deno, baca dokumentasinya (dokumentasi Deno itu keren banget, jelas dan lengkap!), dan mulai ngoding. Kamu bakal nemuin pengalaman development yang mungkin lebih simpel, aman, dan pastinya... seru!
Selamat mencoba Deno!