Deno: Kenapa Kamu Mungkin Mau Tinggalkan Node.js

Deno: Kenapa Kamu Mungkin Mau Tinggalkan Node.js
Photo by Matt Benson / Unsplash

Dunia teknologi itu bergerak cepat banget, ya kan? Kayak baru kemarin kita semua heboh sama satu hal, eh besoknya udah muncul lagi yang baru, yang katanya lebih canggih, lebih aman, atau lebih cepat. Nah, di dunia server-side JavaScript atau runtime buat ngejalanin kode JavaScript di luar browser, kita kenal banget sama Node.js. Udah bertahun-tahun Node.js jadi pilihan utama buat bikin backend, tooling, sampe aplikasi desktop. Ekosistemnya gede banget, library-nya seabrek, komunitasnya aktif.

Tapi, ada satu pemain baru yang mulai mencuri perhatian, namanya Deno. Deno ini dibuat sama orang yang sama yang bikin Node.js, Ryan Dahl. Ryan sendiri mengakui ada beberapa hal di Node.js yang menurut dia "menyesal" dibuat seperti itu. Makanya, Deno ini lahir sebagai semacam perbaikan dari Node.js, dibangun di atas pondasi yang lebih modern dan aman. Nah, kalau kamu lagi main-main sama pengembangan backend atau lagi belajar JavaScript di sisi server, mungkin kamu penasaran, "Kok ada sih yang mau pindah dari Node.js ke Deno? Apa emangnya Deno ini lebih oke?"

Oke, mari kita bedah satu per satu kenapa Deno ini menarik dan kenapa kamu mungkin jadi salah satu yang kepikiran buat ninggalin Node.js, terutama kalau kamu lagi mulai proyek baru atau pengen nyobain sesuatu yang beda dan fresh.

1. Keamanan Jadi Prioritas Utama (Default Secure)

Ini salah satu perbedaan paling fundamental dan paling mencolok antara Deno dan Node.js. Di Node.js, sebuah skrip yang kamu jalankan punya akses penuh ke sistem kamu secara default. Dia bisa baca/tulis file di mana aja, akses jaringan ke mana aja, atau bahkan ngejalanin process lain di komputer kamu. Ini simpel sih buat developer, tapi berpotensi bahaya kalau kamu nggak hati-hati nge-install atau ngejalanin kode dari sumber yang nggak kamu percaya.

Deno mengambil pendekatan yang kebalikannya. Deno itu secure by default. Artinya, kalau kamu ngejalanin sebuah skrip Deno, dia nggak punya izin sama sekali buat ngapa-ngapain di sistem kamu, kecuali kamu kasih izin eksplisit. Mau baca file? Kamu harus nambahin flag --allow-read. Mau nulis file? --allow-write. Mau akses jaringan? --allow-net. Mau ngejalanin process lain? --allow-run. Mau akses lingkungan (environment variables)? --allow-env. Atau mau ngasih semua izin sekaligus (hati-hati!)? --allow-all.

Pendekatan ini bikin Deno jauh lebih aman buat ngejalanin kode, terutama kode dari pihak ketiga. Kamu jadi lebih sadar dan ngontrol apa aja yang bisa dilakukan oleh skrip yang kamu jalankan. Ini penting banget, apalagi di era di mana keamanan siber makin krusial. Bayangin kalau kamu lagi bikin aplikasi web atau layanan lain, keamanan dari runtime yang kamu pakai itu pondasi pertama yang harus kuat.

2. First-Class Support untuk TypeScript

Kamu suka TypeScript? Bahasa superset JavaScript yang nambahin static typing ini emang populer banget karena bisa ngebantu nemuin bug lebih awal dan bikin kode lebih terstruktur, terutama buat proyek yang kompleks. Kalau di Node.js, buat ngejalanin kode TypeScript, kamu butuh setup tambahan kayak compiler (TSC) atau transpiler kayak Babel, plus tooling buat watcher atau runner-nya. Agak ribet di awal, kan?

Deno datang dengan dukungan native untuk TypeScript. Artinya, kamu bisa nulis kode kamu pake TypeScript (.ts atau .tsx file) dan langsung jalanin pake command deno run. Deno bakal nge-compile kode TypeScript kamu di balik layar tanpa perlu setup tambahan. Ini bikin developer experience (DX) buat pengguna TypeScript jadi jauh lebih mulus dan cepat. Nggak perlu pusing mikirin setup transpiler lagi.

Dukungan first-class ini bukan cuma soal ngejalanin aja, tapi juga termasuk tooling bawaan Deno yang juga paham TypeScript. Ini bawa kita ke poin berikutnya.

3. Tooling Bawaan yang Lengkap (Nggak Perlu Banyak Dependencies)

Salah satu hal yang bikin ekosistem Node.js itu gede adalah package manager-nya, npm. Kamu bisa nemuin package buat hampir semua hal di npm. Tapi, ini juga punya kelemahan. Proyek Node.js seringkali punya folder node_modules yang super gede dengan ribuan package dan sub-dependencies. Kadang install-nya aja butuh waktu dan disk space yang nggak sedikit. Belum lagi potensi masalah dependency hell atau security vulnerability di salah satu package yang dalam.

Deno mengambil pendekatan yang berbeda. Deno punya banyak tooling esensial yang built-in, alias udah ada dari sananya. Kamu nggak perlu install package terpisah buat hal-hal kayak:

  • Formatter (deno fmt): Buat ngerapiin kode kamu sesuai gaya yang konsisten (mirip Prettier).
  • Linter (deno lint): Buat ngecek potensi masalah di kode kamu (mirip ESLint).

Test Runner (deno test): Buat ngejalanin unit test atau integration test* kamu. Bundler (deno bundle): Buat nge-bundle kode kamu jadi satu file* JavaScript (mirip Webpack atau Parcel). Documentation Generator (deno doc): Buat nge-generate* dokumentasi dari kode kamu. Inspector (deno inspect): Buat debugging* kode kamu.

Dengan tooling bawaan ini, kamu bisa mulai bikin proyek dan ngembanginnya tanpa harus install banyak developer dependency dari awal. Ini nyederhanain workflow, ngurangin ukuran proyek, dan ngurangin ketergantungan sama banyak package eksternal yang mungkin kurang terawat atau punya isu keamanan. Ini bikin pengalaman ngembangin aplikasi pake Deno terasa lebih ringkas dan efisien.

Bagi kami di Javapixa Creative Studio, kemampuan untuk memulai proyek baru dengan tooling yang lengkap dari awal ini adalah keuntungan besar. Ini memungkinkan tim kami untuk fokus pada pengembangan aplikasi berkualitas tinggi, mulai dari ide hingga peluncuran, dengan fondasi teknologi yang kokoh dan efisien. Pemilihan runtime yang tepat seperti Deno, yang menawarkan keamanan dan tooling bawaan, mencerminkan komitmen kami untuk menggunakan teknologi terkini demi menghasilkan solusi digital terbaik bagi klien.

4. Adopsi Standar Web API (Browser Compatible)

Node.js awalnya dibuat sebelum banyak standar API web modern itu stabil. Makanya, beberapa API dasar yang biasa kamu temuin di browser nggak ada di Node.js atau implementasinya beda. Contoh paling kentara adalah fetch API buat ngelakuin HTTP request. Di Node.js, kamu biasanya pake package kayak node-fetch atau modul http bawaan yang punya API beda. Begitu juga dengan API lain kayak WebSockets atau Web Crypto.

Deno berusaha lebih kompatibel dengan standar API web. Deno punya implementasi fetch API yang mirip banget sama yang ada di browser. Ini bikin kode yang kamu tulis buat ngambil data dari API di sisi backend Deno bisa terlihat mirip banget sama kode yang kamu tulis di sisi frontend (kalau pake fetch). Ini ngebantu developer yang kerja di kedua sisi (fullstack) karena konsistensi API-nya.

Selain fetch, Deno juga mengadopsi API web standar lainnya sebisa mungkin, seperti Web Crypto API buat operasi kriptografi atau WebSockets API buat komunikasi real-time. Pendekatan ini bikin perpindahan konteks antara development buat browser dan server jadi lebih mulus. Kamu bisa memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya yang ada tentang standar web langsung di Deno.

5. ES Modules sebagai Standar Default

Node.js awalnya pake sistem modul CommonJS (require/module.exports). Walaupun sekarang Node.js udah mendukung ES Modules (import/export), default-nya masih CommonJS dan ada beberapa quirk atau setup tambahan yang perlu diperhatikan buat pake ES Modules dengan lancar, terutama kalau kamu pake package dari node_modules.

Deno dibangun dari awal dengan ES Modules sebagai standar default. Kamu bisa langsung pake import dan export tanpa perlu setup khusus. Lebih dari itu, Deno mengizinkan kamu buat ngimpor modul langsung dari URL (HTTP atau HTTPS), file path lokal, atau bahkan dari package manager kayak npm: specifier (mulai versi 1.28), yang bikin kamu bisa pake package npm langsung di Deno (meskipun ada catatan soal kompatibilitas).

Mengimpor dari URL ini konsepnya menarik. Kamu bisa ngimpor kode langsung dari repository Git, CDN, atau server file lain. Misalnya, import { readAll } from "https://deno.land/[email protected]/io/mod.ts";. Ini ngurangin ketergantungan sama registry package sentral kayak npm, meskipun juga punya tantangan sendiri soal manajemen versi dan caching (Deno punya mekanisme caching bawaan buat modul yang diimpor dari URL).

Pendekatan ES Modules dan impor via URL ini bikin Deno terasa lebih modern dan sesuai dengan perkembangan JavaScript terbaru.

6. Top-Level await Langsung Bisa Dipakai

Di JavaScript modern, kata kunci await cuma bisa dipakai di dalam fungsi yang ditandai dengan async. Kalau kamu mau pake await di level paling atas (di luar fungsi), di Node.js versi lama itu nggak bisa secara default (butuh setup ES Modules atau versi Node.js yang lebih baru).

Di Deno, kamu bisa pake await di level paling atas skrip kamu langsung. Ini bikin kode yang butuh operasi asinkron di awal skrip (kayak baca file konfigurasi, konek ke database, dll.) jadi lebih bersih dan gampang dibaca, nggak perlu dibungkus dalam fungsi async yang langsung dipanggil.

typescript
// Contoh di Deno
const config = await Deno.readTextFile("./config.json");
const data = JSON.parse(config);
console.log(data);

Ini kelihatan sepele, tapi nambahin sedikit kemudahan dalam menulis kode asinkron di level awal eksekusi skrip.

7. Single Executable untuk Deployment

Salah satu fitur keren dari Deno adalah kemampuannya buat nge-bundle kode aplikasi kamu jadi satu file eksekusi tunggal (deno compile). File ini udah berisi runtime Deno-nya plus kode aplikasi kamu. Jadi, kamu tinggal copy satu file itu ke server tujuan dan langsung bisa dijalankan, tanpa perlu install Deno di servernya atau copy banyak file source code.

Ini nyederhanain proses deployment banget. Kamu nggak perlu khawatir soal versi Deno di server, atau dependensi file source code yang banyak. Cukup satu file. Fitur ini mirip sama yang biasa kamu temuin di bahasa pemrograman lain yang bisa nge-generate single executable, dan ini jadi nilai plus buat Deno, terutama untuk distribusi tool command-line atau aplikasi server sederhana.

Membangun aplikasi yang mudah di-deploy adalah salah satu aspek penting dalam pengembangan perangkat lunak modern. Di Javapixa Creative Studio, kami selalu mencari cara untuk menyederhanakan proses deployment agar aplikasi klien bisa go live dengan cepat dan minim masalah. Fitur single executable Deno adalah contoh teknologi yang bisa kami manfaatkan untuk mencapai efisiensi tersebut, memastikan bahwa solusi yang kami bangun tidak hanya kuat dari sisi kode, tetapi juga praktis dalam operasional.

Terus, Kenapa Masih Banyak yang Pake Node.js?

Oke, Deno kelihatan keren banget dengan fitur-fitur modern dan pendekatan keamanannya. Tapi, Node.js masih jadi raja di dunia server-side JavaScript. Kenapa?

Ekosistem dan Komunitas yang Matang: Ini alasan paling kuat. Ekosistem Node.js itu raksasa. Ada package di npm buat hampir semua kebutuhan. Mau konek ke database apa aja? Ada. Mau pake framework web apa aja (Express, Koa, NestJS)? Ada dan udah matang. Komunitasnya juga super besar dan aktif. Kalau kamu nemu masalah, kemungkinan besar udah ada orang lain yang ngalamin dan solusinya udah tersedia di Stack Overflow atau forum lain. Deno ekosistemnya masih tumbuh, meskipun Deno Land (perusahaan di balik Deno) udah bikin registry package (deno.land/x) dan makin banyak package* Node.js yang bisa jalan di Deno. Banyak Proyek yang Udah Ada: Industri udah berinvestasi besar di Node.js selama bertahun-tahun. Banyak perusahaan punya codebase* yang gede banget ditulis pake Node.js. Migrasi dari Node.js ke Deno itu bukan perkara gampang, butuh waktu, usaha, dan biaya. Jadi, buat proyek yang udah jalan, pindah ke Deno mungkin belum jadi prioritas kecuali ada alasan yang sangat kuat. Performa: Awalnya Node.js mungkin punya edge soal performa murni buat beberapa skenario, meskipun Deno juga terus ngebut pengembangannya karena dibangun pake Rust dan V8 engine (sama kayak Node.js). Perbedaan performa ini seringkali nggak signifikan buat kebanyakan aplikasi web standar, tapi tetep jadi bahan pertimbangan di kasus-kasus performance-critical*.

Jadi, Kapan Kamu Mungkin Mau Nyobain Deno?

Meskipun Node.js masih dominan, ada beberapa skenario di mana Deno itu pilihan yang sangat menarik:

Mulai Proyek Baru: Kalau kamu lagi mau bikin proyek dari nol, entah itu API sederhana, tool command-line internal, atau layanan microservice kecil, Deno bisa jadi pilihan yang refreshing. Kamu bisa manfaatin tooling bawaannya, keamanan by default, dan developer experience* yang mulus dengan TypeScript dan ES Modules. Proyek yang Mengutamakan Keamanan: Kalau keamanan itu super penting buat aplikasi kamu, model permission* di Deno bisa ngasih lapisan perlindungan ekstra. Kamu jadi lebih sadar dan ngontrol resource apa aja yang diakses oleh kode kamu. Mau Belajar Hal Baru dan Modern: Kalau kamu developer yang selalu pengen update sama teknologi terbaru dan terbaik, nyobain Deno itu worth it banget. Kamu bakal belajar banyak tentang pendekatan baru dalam membangun aplikasi server-side* JavaScript. Membangun Tooling Internal atau Script Kecil: Buat script otomatisasi, tool command-line sederhana, atau utility internal, tooling bawaan Deno (kayak bundler, formatter, linter) dan kemampuan bikin single executable* bikin proses pengembangannya jadi cepat dan distribusinya gampang.

Di Javapixa Creative Studio, kami percaya bahwa memilih teknologi yang tepat adalah kunci untuk menciptakan solusi digital yang tidak hanya berfungsi dengan baik tetapi juga aman, efisien, dan sustainable di masa depan. Kami selalu mengeksplorasi dan mengevaluasi teknologi-teknologi baru seperti Deno untuk memastikan bahwa kami dapat menawarkan pilihan terbaik kepada klien kami, sesuai dengan kebutuhan spesifik proyek mereka. Memahami kelebihan dan kekurangan setiap runtime, seperti Node.js dan Deno, memungkinkan tim ahli kami di Javapixa untuk merancang dan membangun aplikasi web dan mobile yang inovatif dan tangguh.

Tips buat yang Mau Nyobain Deno

Kalau kamu tertarik buat nyelam ke dunia Deno, ini beberapa tips buat mulai:

  1. Install Deno: Gampang banget kok, tinggal ikutin panduan di website resminya deno.land.
  2. Pelajari Dokumentasinya: Deno punya dokumentasi yang bagus banget dan updated. Mulai dari cara install, konsep dasar, sampai API bawaannya.
  3. Coba Bikin Proyek Sederhana: Jangan langsung bikin aplikasi gede. Coba bikin script kecil buat baca file, bikin HTTP server sederhana, atau fetch data dari API eksternal. Main-main sama permission flags-nya.
  4. Eksplorasi deno.land/std: Ini adalah pustaka standar Deno, isinya modul-modul dasar yang sering dibutuhkan (mirip modul bawaan Node.js kayak fs, http, path).
  5. Coba deno fmt, deno lint, deno test: Rasain gimana enaknya punya tooling ini langsung dari command line Deno.
  6. Lihat Contoh Proyek: Banyak developer yang udah mulai bikin proyek-proyek kecil pake Deno dan bisa kamu temuin di GitHub atau repository lainnya.
  7. Bergabunglah dengan Komunitas: Cari komunitas Deno online, entah itu di Discord, Reddit, atau forum lain. Belajar dari pengalaman orang lain dan jangan ragu bertanya.

Meskipun Deno masih relatif baru dibanding Node.js, perkembangannya cepat banget. Tim pengembangnya aktif, fitur-fitur baru terus ditambahkan, dan ekosistemnya mulai tumbuh. Menguasai atau sekadar familiar dengan Deno bisa jadi nilai tambah buat skill kamu sebagai developer, nunjukkin kalau kamu selalu up-to-date sama perkembangan teknologi.

Kesimpulan

Node.js adalah runtime yang luar biasa dan udah ngebuktiin diri selama bertahun-tahun dengan ekosistemnya yang masif dan kemampuannya buat ngejalanin JavaScript di mana aja. Nggak ada yang salah dengan tetep pake Node.js, apalagi kalau kamu udah punya banyak proyek di sana.

Tapi, Deno nawarin alternatif yang menarik dengan pendekatan yang lebih modern, aman by default, tooling bawaan yang lengkap, dukungan first-class buat TypeScript, dan adopsi standar web. Deno bukan "pembunuh Node.js", tapi lebih ke pilihan lain yang valid dengan filosofi yang sedikit berbeda.

Memilih antara Node.js dan Deno (atau runtime lainnya) itu tergantung kebutuhan proyek, preferensi tim, dan tujuan jangka panjang. Kalau kamu lagi cari sesuatu yang baru, lebih aman dari sananya, dan nyederhanain toolchain, Deno layak banget buat dicoba. Mungkin aja Deno inilah runtime yang bakal jadi andalan kamu buat proyek-proyek berikutnya.

Keputusan memilih tumpukan teknologi yang tepat adalah hal krusial yang selalu kami pertimbangkan di Javapixa Creative Studio. Tim kami, yang terdiri dari para ahli di bidang pengembangan web dan aplikasi, selalu siap membantu klien dalam menentukan arsitektur dan teknologi terbaik yang sesuai dengan visi mereka, termasuk mengevaluasi penggunaan runtime seperti Deno untuk proyek-proyek yang menuntut keamanan tinggi atau membutuhkan developer experience yang ramping. Dengan Javapixa Creative Studio, kamu nggak cuma dapat aplikasi, tapi solusi digital yang dibangun di atas fondasi teknologi yang kuat, modern, dan dipilih dengan cermat.