Eksperimen pakai beberapa AI hasilnya lumayan

Eksperimen pakai beberapa AI hasilnya lumayan
Photo by Andrea De Santis/Unsplash

Hai guys! Pernah kepikiran nggak sih, gimana rasanya kalau kita nyobain ngobrol sama beberapa AI generator sekaligus buat dapetin hasil yang kita mau? Di era digital yang lagi ngebut banget ini, AI tuh udah kayak teman ngobrol baru buat banyak orang. Dari yang cuma iseng nanya sampai yang beneran dipake buat kerja, AI tuh makin nyempil aja di kehidupan sehari-hari.

Gue personally penasaran banget. AI itu kan macem-macem ya? Ada yang jago nulis, ada yang pinter ngoding, ada yang bisa nyari info terkini, ada juga yang oke banget buat ringkasin dokumen panjang. Nah, kepikiran deh buat iseng-iseng, gimana kalau satu tugas atau satu prompt (perintah) itu kita lempar ke beberapa AI berbeda? Hasilnya gimana ya? Apakah beda jauh? Mana yang paling oke?

Nah, eksperimen kecil-kecilan ini akhirnya gue lakuin. Bukan riset yang super ilmiah gitu ya, tapi lebih ke nyobain aja di beberapa platform AI yang lagi hits. Gue coba beberapa AI yang cukup populer dan mudah diakses, kayak ChatGPT (yang pake model GPT-3.5 dan GPT-4), Google Bard (sekarang udah jadi Gemini), terus ada juga Claude, dan kadang nyoba yang lain kayak Bing AI (sekarang Copilot).

Awalnya sih, ekspektasinya nggak muluk-muluk. Paling beda gaya bahasa doang atau beda sedikit di informasinya. Tapi ternyata, hasilnya... lumayan! Kenapa gue bilang lumayan? Karena nggak ada satu pun AI yang ngasih hasil sempurna 100% langsung jadi tanpa perlu diutak-atik lagi. Namun, setiap AI itu punya keunggulannya masing-masing yang kalau digabungin atau dipake di momen yang tepat, bisa bikin kerjaan atau tugas jadi jauh lebih ringan dan hasilnya lebih bagus daripada cuma ngandelin satu AI doang.

Artikel ini bukan mau bilang AI mana yang paling jago ya, karena itu tergantung banget sama kebutuhan dan cara kita makenya. Tapi gue mau sharing nih, dari pengalaman eksperimen iseng itu, apa aja yang gue temuin, kenapa penting buat nyoba beberapa AI, dan yang paling penting, tips-tips aplikatif biar hasil "lumayan" itu bisa jadi lebih dari sekadar lumayan buat kamu.

Kenapa Harus Nyobain Beberapa AI Sekaligus?

Ini pertanyaan penting nih. Kalau satu AI aja udah bisa bantu, kenapa harus repot-repot buka platform lain? Ada beberapa alasan yang gue rasain setelah nyoba-nyoba:

  1. Setiap AI Punya "Kepribadian" dan Data Latihan yang Beda: Gampangnya gini, bayangin kamu nanya soal yang sama ke beberapa teman yang beda latar belakang. Jawabannya pasti bisa beda cara penyampaiannya, fokusnya, atau bahkan informasinya. AI juga gitu. Mereka dilatih pake data yang beda-beda sama developer yang beda-beda juga. Hasilnya, meskipun promptnya sama, outputnya bisa beda jauh. Ada yang lebih kreatif, ada yang lebih faktual, ada yang lebih ringkas, ada yang lebih panjang lebar.
  2. Cari Perspektif Berbeda: Kadang kita stuck di satu ide atau satu cara pandang. Nanya ke AI yang beda bisa ngasih ide atau cara pandang baru yang nggak kepikiran sebelumnya. Ini berguna banget buat brainstorming atau nyari solusi masalah.
  3. Satu AI Mungkin Jago di Satu Hal, Kurang di Hal Lain: ChatGPT mungkin jago banget buat nulis artikel blog atau ngoding, tapi mungkin kurang update soal berita terbaru. Nah, Bard/Gemini yang konek ke internet mungkin lebih jago soal berita terkini. Claude mungkin juara kalau disuruh ngeringkasin buku tebal. Pake beberapa AI memungkinkan kita manfaatin kelebihan masing-masing.
  4. Verifikasi Hasil: AI bisa halusinasi alias ngasih informasi yang kelihatannya meyakinkan tapi ternyata salah. Kalau kita nyoba di beberapa AI dan hasilnya konsisten, tingkat kepercayaan kita ke informasi itu bisa naik (tapi tetep harus divalidasi ya!). Kalau beda, kita jadi tahu nih, oh ini perlu dicek lagi ke sumber aslinya.
  5. Fleksibilitas: Kadang ada AI yang lagi down atau maintenance. Kalau kita cuma ngandelin satu, ya udah, stuck deh. Dengan nyoba beberapa, kita punya alternatif.
  6. Nemuin "Jodoh" AI Buat Tugas Tertentu: Setelah nyoba-nyoba, kita bakal nemuin pola. Oh, kalau mau bikin caption Instagram yang lucu, AI A lebih oke. Kalau mau bikin outline presentasi, AI B lebih terstruktur. Eksperimen ini bantu kita nemuin alat yang paling pas buat tugas spesifik.

Gimana Eksperimen "Lumayan" Itu Dilakukan?

Intinya sih simpel: Ambil beberapa tugas atau prompt yang sama, terus masukin ke AI yang berbeda-beda. Contoh tugasnya:

  • Minta ide konten buat channel YouTube tentang teknologi.
  • Suruh nulis draf pembukaan artikel tentang pentingnya literasi digital.
  • Minta jelasin konsep blockchain dalam bahasa yang gampang dimengerti anak SMA.
  • Suruh bikin kerangka esai tentang dampak AI pada pekerjaan.
  • Minta bikin ide judul novel fiksi ilmiah.
  • Suruh nulis kode sederhana buat kalkulator di Python.
  • Minta rangkumin berita terbaru soal ekonomi dari beberapa sumber (ini kalau AI-nya bisa akses internet).

Dari setiap prompt, gue perhatiin:

  • Kualitas Jawaban Awal: Seberapa relevan, lengkap, dan akurat jawaban pertama yang dikasih.
  • Gaya Bahasa: Apakah sesuai dengan prompt (misalnya minta bahasa santai atau formal).
  • Struktur Jawaban: Apakah rapi, mudah dibaca, dan terstruktur.
  • Kreativitas (kalau promptnya butuh ide): Seberapa unik atau orisinal ide yang dikasih.
  • Kemudahan Berinteraksi: Seberapa gampang kita bisa ngasih instruksi lanjutan atau perbaikan.

Hasilnya emang variatif. Ada AI yang langsung ngasih jawaban oke tapi generik, ada yang idenya unik tapi butuh banyak revisi, ada yang informasinya paling lengkap tapi bahasanya kaku, ada juga yang ringkas banget tapi kurang detail. Inilah kenapa hasilnya "lumayan". Bukan berarti nggak bagus sama sekali, tapi jarang banget yang langsung "wow, ini dia final productnya!".

Bedah Beberapa AI yang Dicoba (dari Kacamata Pengalaman "Lumayan"):

  • ChatGPT (GPT-3.5 & GPT-4): Ini kayak standar emas buat banyak orang. GPT-3.5 udah cukup bagus buat banyak tugas umum, cepat, dan lumayan kreatif. GPT-4 jauh lebih canggih, pemahamannya lebih dalam, dan outputnya seringkali lebih berkualitas dan nuansanya lebih kerasa.

Kelebihan:* Serbaguna banget, jago nulis berbagai format, coding, brainstorming, penjelasan konsep. Komunitasnya luas, banyak tutorial. Kekurangan:* Bisa halusinasi, kadang informasinya nggak update (tergantung modelnya), bisa ngasih jawaban generik kalau promptnya kurang spesifik. Hasil Eksperimen: Seringkali jadi starting point* yang paling solid. Buat nulis draf awal atau brainstorming ide, ini andalan. Tapi kadang butuh dipoles lagi biar nggak terlalu "AI banget" bahasanya.

  • Google Bard / Gemini: Evolusinya Google di dunia AI chat. Keunggulan utamanya koneksi ke internet, jadi bisa ngasih info yang lebih terkini. Integrasinya sama ekosistem Google juga makin oke.

Kelebihan:* Akses real-time info, bagus buat ringkasin artikel/webpage, bisa ngecek fakta (walaupun tetep harus hati-hati). Gaya bahasanya cenderung lebih natural, kayak ngobrol beneran. Kekurangan:* Kadang kurang terstruktur dibanding AI lain buat tugas nulis panjang, kreativitasnya bisa bervariasi. Hasil Eksperimen:* Jago banget kalau disuruh nyari info terbaru atau ringkasin berita. Kalau buat nulis kreatif, kadang hasilnya standar, tapi buat riset awal ini cepet banget.

  • Claude: Kurang populer dibanding dua di atas, tapi punya keunggulan unik. Jago banget handle teks panjang dan punya jendela konteks (ingatan) yang gede.

Kelebihan:* Luar biasa buat ngeringkas atau analisis dokumen super panjang (artikel jurnal, buku, laporan). Punya etika yang cukup ketat, jadi cenderung menghindari topik sensitif. Kekurangan:* Mungkin nggak sefleksibel ChatGPT buat semua jenis tugas, aksesnya mungkin nggak semudah yang lain buat sebagian orang. Hasil Eksperimen:* Kalau punya bahan bacaan seabrek dan butuh intisari cepet, Claude jagonya. Buat tugas kreatif yang butuh konteks panjang juga oke. Hasilnya seringkali detail.

  • Bing AI / Copilot: Integrated sama search engine Bing (Microsoft). Mirip Bard/Gemini karena bisa akses internet, dan punya fitur tambahan kayak generate gambar (pake DALL-E).

Kelebihan:* Riset sambil chat itu nyaman, ngasih sumber informasi, bisa bikin gambar sederhana. Kekurangan:* Kadang terlalu cerewet atau panjang lebar, filternya bisa terlalu ketat di beberapa topik. Hasil Eksperimen:* Berguna buat nyari info spesifik dan langsung dikasih sumbernya. Kalau butuh visual sederhana, ini juga bisa jadi opsi pertama.

Nah, Ini Dia Tipsnya: Gimana Caranya Hasil "Lumayan" Bisa Jadi Optimal?

Inti dari eksperimen ini adalah: AI itu alat bantu. Hasil "lumayan" mereka itu bukan kegagalan, tapi bahan mentah yang siap diolah. Biar bahan mentah ini jadi masakan enak, ini tips yang gue kumpulin:

  1. Prompt Engineering is Non-Nego (Wajib Banget): Ini SANGAT penting. Sebagus apapun AI-nya, kalau promptnya nggak jelas, hasilnya juga pasti nggak jelas.

* Jelasin Maunya Apa: Jangan cuma bilang "tolong buatin artikel". Bilang "Tolong buatkan outline artikel 500 kata tentang tips belajar coding untuk pemula. Gunakan bahasa santai anak muda. Target pembaca: SMA." Semakin detail, semakin bagus. * Kasih Konteks: Jelasin latar belakang tugasnya, kenapa kamu butuh ini. * Tentukan Format & Gaya: Mau dalam bentuk poin-poin? Paragraf? Tabel? Gaya bahasa formal, santai, lucu? Kasih tahu! * Beri Contoh (Kalau Bisa): Kalau kamu punya contoh hasil yang kamu suka, kasih lihat ke AI-nya (kalau platformnya memungkinkan). "Saya mau gaya bahasanya seperti artikel di blog ini: [link]". * Sebutkan Batasan: "Jangan lebih dari 300 kata", "Hindari kata-kata teknis yang rumit", "Fokus hanya pada tips praktis".

  1. Jangan Pelit Iterasi (Suruh AI-nya Mikir Lagi): Hasil pertama AI itu seringkali cuma draf. Kalau kurang pas, jangan langsung nyerah. Suruh AI-nya perbaiki:

* "Hasilnya bagus, tapi coba bikin lebih ringkas lagi." * "Ide ini menarik, tapi coba kembangkan ide nomor 3 jadi 5 poin." * "Gaya bahasanya sudah santai, tapi coba tambahkan sedikit humor." * "Informasi di paragraf ini kok kurang jelas ya, coba jelaskan dengan contoh lain." Ini kayak ngasih feedback ke asisten. AI modern itu pinter kalau disuruh revisi dan kembangkan.

  1. Mix and Match: Kombinasikan Kekuatan Berbagai AI: Ini nih serunya pake beberapa AI!

* Step 1: Brainstorming ide kasar pake AI A (misal ChatGPT atau Bard/Gemini). Mereka cepet ngasih banyak ide. * Step 2: Pilih ide terbaik, minta AI B (misal Claude kalau butuh detail atau ChatGPT lagi) buat bikin kerangka atau draf awal yang lebih terstruktur. * Step 3: Kalau butuh data atau info terkini, lempar pertanyaan spesifik ke AI C (misal Bard/Gemini atau Bing/Copilot) yang konek ke internet. Step 4: Ambil semua bahan dari A, B, C, dan kamu* yang rangkai jadi satu tulisan utuh, poles bahasanya, tambahin sentuhan personal kamu.

  1. Human Oversight is YOUR Superpower: Ini poin paling krusial. Hasil AI itu cuma output algoritma. Mereka nggak punya kesadaran, pengalaman hidup, atau pemahaman mendalam kayak manusia.

* FAKTA CHECK: Selalu, SELALU validasi informasi yang dikasih AI, apalagi kalau buat hal penting. Jangan langsung percaya 100%. Cari sumber aslinya. * EDIT & POLISH: Hasil AI seringkali terasa sedikit kaku atau terlalu "sempurna" (karena nggak ada typo atau kesalahan minor yang natural). Edit lagi, tambahin gaya bahasa kamu, tambahin anekdot pribadi, benerin kalau ada yang kurang pas. * Tambahin Pengalaman Pribadi & Opini: AI nggak bisa ngasih pengalaman subjektif. Nah, ini tugas kamu. Hasil AI bisa jadi kerangka, tapi isinya yang bikin berbobot itu sentuhan dan pengalaman kamu. * Pastikan Relevansi: Kadang AI ngasih jawaban yang teknis bener, tapi nggak relevan sama konteks kamu atau target audiens kamu. Kamu yang punya judgment buat nyesuaiin.

  1. Pahami Keterbatasan AI: AI itu alat, bukan pengganti otak.

* Bisa Salah: Yes, AI bisa salah. Jangan kaget. * Tidak Punya Perasaan: AI nggak ngerti emosi, empati, atau nilai-nilai budaya yang kompleks secara mendalam. Kalau butuh konten yang sensitif atau butuh kedalaman emosi, AI cuma bisa bantu kerangka, sisanya di tangan kamu. * Data Terbatas (pada model tertentu): Ada model AI yang datanya cuma sampai tahun tertentu, jadi nggak tahu kejadian terbaru. * Bias: Data latihan AI bisa mengandung bias, yang tercermin di outputnya. Hati-hati sama bias ini.

  1. Manajemen Ekspektasi: Jangan harap AI bisa langsung bikin skripsi kamu dalam sekali prompt. Hasil "lumayan" itu wajar. Hargai prosesnya sebagai kolaborasi antara kamu dan AI. Anggap AI sebagai asisten cerdas yang siap dikasih perintah dan feedback, bukan pesulap.
  2. Belajar Terus, AI Cepat Berubah: Dunia AI itu bergerak cepat banget. Ada model baru, fitur baru, teknik prompt baru. Tetap update, coba fitur-fitur baru, dan eksperimen terus. Komunitas AI juga ramai, bisa sharing pengalaman sama orang lain.

Bikin Hasil "Lumayan" Jadi Luar Biasa

Jadi, dari semua eksperimen yang gue lakuin, intinya bukan nyari AI mana yang paling hebat. Intinya adalah gimana kita bisa memanfaatkan berbagai AI sebagai alat yang berbeda-beda tapi saling melengkapi.

Bayangin kayak punya bengkel. ChatGPT itu mungkin obeng set lengkap yang bisa dipake buat banyak hal. Bard/Gemini itu bor listrik yang cepet dan kuat buat tugas tertentu. Claude itu tang khusus yang jago buat ngurusin kabel-kabel ruwet (baca: teks panjang). Bing/Copilot itu palu yang solid buat nancepin paku (baca: nyari info cepet sama sumbernya).

Kalau kamu cuma punya obeng, ya bisa sih ngerjain semuanya, tapi mungkin lama dan nggak seefisien kalau ada bor atau tang. Kalau kamu punya semua alat itu, kamu bisa milih alat yang paling pas buat setiap langkah kerjaan kamu.

Nah, kamu sebagai "montir"-nya, yang tahu gimana cara pake setiap alat, kapan pake yang mana, dan gimana ngerangkai semua bagian itu jadi satu produk yang bagus. Kamu yang ngasih "sentuhan manusia" yang bikin hasilnya nggak cuma "lumayan" tapi jadi luar biasa dan unik.

Memakai beberapa AI itu kayak ngumpulin draf dari beberapa asisten yang beda gaya, terus kamu sebagai bosnya yang nge-review, milih bagian terbaik dari masing-masing, nyambungin, nambahin visi kamu, dan poles sampai jadi karya yang kamu banget.

Ini adalah cara kerja yang powerful di masa depan. Bukan antara AI vs Manusia, tapi Manusia + AI. Kita pake AI buat tugas-tugas repetitif, nyari ide awal, ngumpulin info, atau bikin draf kasar. Kita yang mikir strategis, ngasih arah, validasi, nambahin empati, kreativitas tingkat tinggi, dan sentuhan personal yang nggak bisa ditiru mesin.

Jadi, buat kamu yang penasaran pengen nyoba, jangan ragu buat eksplorasi. Coba deh lemparkan satu tugas ke dua atau tiga AI berbeda. Lihat perbedaannya, pelajari kelebihannya, dan temukan cara terbaik buat manfaatin mereka. Hasilnya emang mungkin cuma "lumayan" di awal, tapi dengan tips-tips di atas, kamu bisa banget bikin hasil "lumayan" itu jadi fondasi buat sesuatu yang jauh lebih keren dan efektif. Selamat bereksperimen!