Gak Pusing Lagi! Cara Manajemen State di React dengan Context API dan Redux

Gak Pusing Lagi! Cara Manajemen State di React dengan Context API dan Redux
Photo by Kevin Ku / Unsplash

Mengelola state dalam aplikasi React itu penting banget biar data dan tampilan tetap sinkron. Ada dua alat populer yang sering dipakai buat ngatur state di React, yaitu Context API dan Redux. Pahami perbedaan, kelebihan, dan kekurangan keduanya biar kamu bisa milih yang paling pas buat aplikasi kamu.

Context API

Context API adalah fitur bawaan React yang bikin developer bisa berbagi data ke seluruh komponen tanpa harus ngoper props satu per satu (alias "prop drilling"). Ini cocok banget buat data global kayak tema, bahasa, atau info pengguna yang perlu diakses banyak komponen.

Kapan Pakai Context API:

  • Aplikasi Sederhana sampai Menengah: Kalau aplikasi kamu nggak terlalu rumit, Context API udah cukup oke.
  • State yang Nggak Terlalu Kompleks: Pas buat state yang jarang berubah dan nggak butuh logika rumit.

Kelebihan:

  • Integrasi Mudah: Nggak perlu install pustaka tambahan karena udah bawaan React.
  • Sederhana: Gampang dipahami dan diimplementasikan, apalagi kalau kamu udah familiar sama React.

Kekurangan:

  • Fitur Terbatas: Nggak punya fitur canggih kayak middleware atau alat debugging khusus.
  • Performa: Kalau state sering berubah, bisa bikin rendering ulang yang nggak diinginkan, jadi performa aplikasi bisa kena dampaknya.

Redux

Redux adalah pustaka manajemen state yang populer buat aplikasi React, terutama yang skala besar. Redux nyediain satu sumber kebenaran (single source of truth) buat state aplikasi, bikin data lebih konsisten dan prediktif.

Kapan Pakai Redux:

  • Aplikasi Besar dengan State Kompleks: Kalau aplikasi kamu punya logika state yang rumit dan banyak komponen butuh akses ke state yang sama.
  • Fitur Lanjutan: Kalau butuh fitur kayak middleware buat ngatur operasi asinkron atau alat debugging yang kuat.

Kelebihan:

  • Prediktabilitas: State yang terpusat bikin perubahan data lebih mudah dilacak dan di-debug.
  • Skalabilitas: Cocok buat aplikasi dengan kebutuhan manajemen state yang kompleks.

Kekurangan:

  • Kompleksitas: Butuh belajar lebih banyak dan konfigurasi lebih rumit dibanding Context API.
  • Overhead: Buat aplikasi sederhana, Redux mungkin terlalu berlebihan dan nambah kerumitan yang nggak perlu.

Perbandingan Lebih Lanjut

Arsitektur dan Pendekatan:

  • Context API: Berfungsi sebagai mekanisme injeksi dependensi yang memungkinkan data dibagikan di seluruh komponen tanpa harus melewati props secara manual. Namun, perlu dicatat bahwa Context API sendiri bukanlah sistem manajemen state penuh. Untuk manajemen state yang lebih lengkap, sering kali digunakan bersama dengan hooks seperti useState atau useReducer.
  • Redux: Menggunakan pendekatan yang lebih terstruktur dengan memisahkan state dari komponen, sehingga state dapat diakses dan dimutakhirkan dari mana saja di dalam aplikasi. Redux menggunakan konsep action dan reducer untuk mengelola perubahan state, yang memberikan kontrol lebih besar terhadap alur data dalam aplikasi.

Fitur dan Kemampuan:

  • Context API: Sederhana dan langsung, tanpa fitur tambahan seperti middleware atau alat debugging khusus. Cocok untuk kasus penggunaan di mana kebutuhan manajemen state minimal dan tidak memerlukan intervensi kompleks.
  • Redux: Dilengkapi dengan ekosistem yang kaya, termasuk middleware seperti redux-thunk atau redux-saga untuk menangani operasi asinkron, serta integrasi dengan alat debugging seperti Redux DevTools yang memudahkan pelacakan perubahan state secara real-time.

Performa dan Skalabilitas:

  • Context API: Pada aplikasi dengan banyak komponen yang berlangganan ke context yang sama, perubahan state dapat memicu rendering ulang yang luas, yang mungkin mempengaruhi performa. Oleh karena itu, disarankan untuk membatasi penggunaan Context API pada skenario di mana frekuensi perubahan state rendah.
  • Redux: Dirancang untuk menangani state yang sering berubah dengan efisien. Dengan struktur yang jelas dan pemisahan tanggung jawab, Redux memungkinkan pengelolaan state yang lebih terkontrol, bahkan dalam aplikasi dengan skala besar dan kompleksitas tinggi.

Studi Kasus Penggunaan

Menggunakan Context API:

Misalkan kamu lagi bikin aplikasi yang mendukung mode gelap dan terang. Dengan Context API, kamu bisa bikin ThemeContext yang nyediain info tema saat ini ke seluruh komponen tanpa harus ngoper props manual. Ini memudahkan pengelolaan tema secara global dengan implementasi yang sederhana.

import React, { createContext, useState, useContext } from 'react';

// Membuat konteks untuk tema
const ThemeContext = createContext();

// Provider untuk ThemeContext
export const ThemeProvider = ({ children }) => {
  const [theme, setTheme] = useState('light');

  const toggleTheme = () => {
    setTheme((prevTheme) => (prevTheme === 'light' ? 'dark' : 'light'));
  };

  return (
    <ThemeContext.Provider value={{ theme, toggleTheme }}>
      {children}
    </ThemeContext.Provider>
  );
};

// Hook kustom untuk menggunakan ThemeContext
export const useTheme = () => useContext(ThemeContext);

Dengan struktur di atas, komponen mana pun dalam aplikasi bisa akses dan ubah tema tanpa perlu prop drilling.

Menggunakan Redux:

Bayangin kamu bikin aplikasi e-commerce dengan fitur keranjang belanja. Dengan Redux, kamu bisa nyimpen state keranjang belanja di store pusat, jadi komponen mana pun bisa akses atau ubah isi keranjang dengan mudah.