Ngoprek Deno Beneran Lebih Gampang dari Nodejs Buat Kamu
Jadi gini, buat kamu yang lagi asyik ngulik dunia koding, pasti pernah dengar nama Node.js, kan? Udah jadi raja deh di urusan backend JavaScript. Tapi, belakangan ini, ada 'pemain baru' yang lumayan mencuri perhatian: Deno. Yang bikin Deno ini makin menarik, yang bikin juga orang yang sama kayak yang bikin Node.js, lho! Namanya Ryan Dahl. Dari pengalamannya bikin Node.js, dia coba bikin Deno dengan perbaikan di sana-sini biar, katanya sih, lebih santuy dan modern. Nah, pertanyaan besarnya buat anak muda yang mungkin baru mulai atau lagi cari alternatif: beneran Deno itu lebih gampang dari Node.js?
Yuk, kita bedah bareng-bareng, tapi santai aja ya.
Deno Itu Apa Sih, Sebenernya?
Oke, pertama-tama, biar jelas. Deno itu, sama kayak Node.js, intinya adalah runtime buat menjalankan kode JavaScript dan TypeScript di luar browser. Jadi, kamu bisa bikin server, program command-line, atau apa pun pakai JS/TS tanpa harus buka browser. Bedanya sama Node.js? Lumayan banyak, dan beda-beda ini yang seringkali bikin Deno dicap 'lebih gampang' buat beberapa hal.
Kenapa Deno Bisa Kerasa Lebih Gampang?
Nah, ini dia poin-poin yang sering disebut kenapa Deno tuh potentially lebih ramah buat pemula atau buat yang pengen sesuatu yang beda dari kebiasaan di Node.js:
- Semua Built-in, Nggak Perlu Nyelam Ke Hutan Package
Ini mungkin perbedaan paling mencolok dan paling bikin Deno kerasa simple di awal. Di Node.js, kalau mau ngerjain sesuatu yang lumayan umum, misalnya ngambil data dari internet (HTTP Request), ngetes kode, ngeformat kode biar rapi, atau ngecek style kode (linting), kamu pasti butuh install package tambahan dari npm kayak node-fetch
, jest
, prettier
, eslint
, dan seabrek lagi.
Di Deno? Kebanyakan fungsi-fungsi dasar itu udah ada di dalam 'kotak' Deno-nya sendiri. Mau ambil data dari internet? Ada fetch
API yang sama persis kayak di browser, built-in*. Nggak perlu npm install node-fetch
. Mau ngetes kode? Ada test runner* bawaan. Cukup pakai perintah deno test
. Mau ngerapiin kode? Ada formatter* bawaan. Tinggal deno fmt
. Mau ngecek style dan potensi error di kode? Ada linter* bawaan. Pakai deno lint
. Bahkan mau bikin satu file executable buat deploy? Deno bisa bundling* juga.
Bayangin aja, kamu cuma perlu install satu hal (Deno runtime-nya), dan langsung dapat banyak tool yang siap pakai. Nggak perlu pusing mikirin dependensi ini itu, versi tool mana yang cocok, atau konfigurasi awal yang kadang bikin mumet. Ini beneran bikin setup awal proyek terasa jauh lebih enteng.
- TypeScript Itu First-Class Citizen
Buat kamu yang udah mulai nyentuh atau tertarik sama TypeScript, Deno itu kayak surga. Deno dibangun dengan TypeScript sebagai bahasa 'pilihan' utamanya (selain JavaScript biasa). Artinya, kamu bisa langsung nulis kode .ts
dan Deno bakal langsung ngerti tanpa perlu setup Babel atau compiler TypeScript terpisah kayak di Node.js.
Memang sih, di Node.js juga bisa pakai TypeScript, tapi proses setup-nya butuh tooling tambahan dan langkah-langkah konfigurasi. Di Deno, kamu tinggal save filenya pakai ekstensi .ts
, dan deno run
aja. Magic! Ini bikin pengalaman nulis kode dengan TypeScript jadi lebih mulus dari awal.
- Bye-Bye node_modules yang 'Rimbun'
Salah satu hal yang paling sering dikeluhkan di ekosistem Node.js adalah folder nodemodules yang suka bengkak banget, kadang lebih besar dari kode proyeknya sendiri. Struktur dependensi yang bertumpuk-tumpuk di nodemodules
ini kadang bikin bingung dan makan banyak space.
Deno punya cara beda dalam ngelola modul atau package. Deno pakai sistem import yang berbasis URL. Jadi, kalau kamu mau pakai package dari luar, kamu akan import langsung dari URL-nya, misalnya import { serve } from "https://deno.land/[email protected]/http/server.ts";
.
Saat pertama kali running kode yang punya import dari URL, Deno bakal download modul itu dan simpan di cache lokal komputer kamu (di satu tempat terpusat, bukan di setiap folder proyek). Untuk penggunaan selanjutnya, Deno bakal langsung ambil dari cache.
Memang, belakangan ini ada fitur deno vendor
yang mirip-mirip kayak bikin copy lokal dari modul yang di-import (semacam nodemodules versi Deno, tapi beda mekanisme dan lebih rapi), ini buat keperluan offline atau memastikan dependensi nggak berubah. Tapi konsep dasarnya tetap import dari URL dan caching global. Ini bikin folder proyek kamu jauh lebih bersih dan nggak ada lagi folder node
modules
yang bikin merinding.
- Secure by Default: Lebih Aman dan Bikin Sadar
Di Node.js, secara default, kode kamu itu punya akses penuh ke sistem file, jaringan, dan lingkungan komputer kamu. Kamu run skrip Node.js, dan dia bisa ngakses file, ngirim data ke internet, atau buka port tanpa 'izin'.
Deno beda. Dia secure by default. Artinya, kalau kode Deno kamu mau ngakses sistem file, jaringan, atau lingkungan lainnya, kamu harus kasih izin eksplisit saat menjalankan skripnya. Misalnya, kalau mau baca file, kamu harus run dengan flag --allow-read
. Kalau mau ngakses internet, pakai --allow-net
.
Awalnya mungkin kerasa 'ribet' karena harus nambahin flag. Tapi, ini justru bikin kamu lebih sadar permission apa aja yang dibutuhkan oleh kode kamu. Ini bagus banget buat keamanan dan bikin kamu mikir dua kali sebelum kasih izin sembarangan ke skrip yang nggak jelas sumbernya. Buat pemula, ini ngajarin pentingnya keamanan dari awal.
- Modern JavaScript Langsung Jalan
Deno dibangun di atas V8 engine (engine JavaScript yang sama dipakai Chrome dan Node.js) versi terbaru. Ini artinya, fitur-fitur JavaScript modern yang mungkin di Node.js butuh flag atau tooling tambahan, di Deno udah langsung bisa dipakai. Contohnya, top-level await itu udah langsung bisa dipakai di level paling atas kode kamu tanpa dibungkus async function. Ini bikin kode yang pakai await
jadi kelihatan lebih bersih.
- Satu File Executable Buat Deploy? Gampang!
Buat urusan deployment, Deno punya tool bawaan (deno compile
) yang bisa 'membundel' seluruh kode proyek kamu dan semua dependensinya ke dalam satu file executable. Ini bikin proses deploy jadi lebih gampang, tinggal copy file executable itu ke server tujuan dan jalankan. Nggak perlu copy folder proyek, run npm install
lagi di server, atau mikirin dependensi sistem. Ini fitur yang sangat kepake banget kalau kamu bikin tool command-line atau API sederhana.
Contoh Praktis Deno yang Santuy
Oke, biar nggak cuma teori, gimana sih rasanya pakai Deno?
- Installasi: Gampang banget. Di macOS atau Linux, tinggal pakai Homebrew:
brew install deno
atau pakai script dari Deno:curl -fsSL https://deno.land/install.sh | sh
. Di Windows juga ada installer atau pakai Powershell. Udah, gitu doang! - Jalanin Skrip:
Misal kamu punya file hello.ts
:
typescript
console.log("Halo, Deno!");
Jalaninnya: deno run hello.ts
. Beres.
- Pakai Built-in
fetch
:
File get_data.ts
:
typescript
const url = "https://pokeapi.co/api/v2/pokemon/ditto";
const response = await fetch(url);
const data = await response.json();console.log(Nama Pokemon: ${data.name});
console.log(Tinggi: ${data.height});
Jalaninnya: deno run --allow-net get_data.ts
. Nah, muncul tuh flag --allow-net
karena kita ngakses jaringan. Kalau nggak pakai flag itu, Deno bakal kasih error.
- Baca File:
Misal punya file my_text.txt
: "Ini isi file rahasia." File read_file.ts
:
typescript
try {
const content = await Deno.readTextFile("my_text.txt");
console.log("Isi file:");
console.log(content);
} catch (error) {
console.error(Error baca file: ${error.message});
}
Jalaninnya: deno run --allow-read read_file.ts
. Kalau nggak pakai --allow-read
, error.
- Pakai Modul dari URL:
File test_example.ts
:
typescript
import { assertEquals } from "https://deno.land/[email protected]/testing/asserts.ts";
Jalanin test-nya: deno test test_example.ts
. Pertama kali jalanin, Deno bakal download modul assertEquals
dari URL itu dan simpan. Berikutnya, dia akan pakai yang di cache.
- Ngerapihin Kode:
Punya file unformatted.ts
yang acak-acakan spasinya. Jalanin aja: deno fmt unformatted.ts
. Langsung rapi jali.
- Ngecek Kode:
Punya file buggy.ts
yang mungkin ada potential error. Jalanin: deno lint buggy.ts
. Deno bakal kasih tahu kalau ada hal yang perlu diperbaiki.
- Bikin Server Web Mini:
Deno punya standard library (std) yang dikelola tim Deno sendiri, isinya modul-modul umum kayak buat HTTP, file system, dll. Modul-modul ini bisa di-import dari https://deno.land/std/
. File server.ts
:
typescript
import { serve } from "https://deno.land/[email protected]/http/server.ts";Deno.serve({ port: 8000 }, (_req) => {
const body = "Halo dari Deno server!";
return new Response(body, { status: 200 });
});
Jalaninnya: deno run --allow-net server.ts
. Server kamu langsung jalan!
Dari contoh-contoh ini kelihatan kan, gimana Deno coba mempermudah banyak hal yang di Node.js butuh langkah tambahan (install package, setup compiler TS, dll).
Tapi, Node.js Tetap Raja (Buat Saat Ini)
Eits, jangan salah. Meskipun Deno punya banyak kelebihan yang bikin setup awal atau tooling dasar terasa lebih gampang, Node.js punya kelebihan yang sampai sekarang masih sulit disaingi: Ekosistem yang GEDE BANGET.
npm (Node Package Manager) punya jutaan package yang siap pakai untuk nyaris semua kebutuhan. Kalau kamu butuh package buat ngerjain sesuatu yang spesifik atau aneh-aneh, kemungkinan besar udah ada di npm. Komunitas Node.js juga jauh lebih besar, sumber belajar (tutorial, artikel, video) bejibun, dan udah mature banget dipakai di industri.
Jadi, kalau proyek kamu butuh library atau framework yang spesifik dan hanya ada di ekosistem Node.js, atau kalau kamu kerja di lingkungan yang udah all-in pakai Node.js, tentu Node.js masih jadi pilihan utama.
Jadi, Deno Lebih Gampang Buat Kamu?
Balik lagi ke pertanyaan awal. Apakah Deno beneran lebih gampang dari Node.js buat anak muda (atau siapa pun)?
Jawabannya: Tergantung.
Kalau kamu baru mulai banget dan pengen langsung nulis kode tanpa pusing setup ini itu, nggak mau nyemplung ke lautan node_modules di awal, dan tertarik sama TypeScript, Deno bisa jadi pilihan yang sangat menarik. Tooling bawaannya yang lengkap bikin proses belajar hal-hal fundamental (ngetes, ngeformat, dll) jadi lebih straightforward. Model keamanannya yang secure by default* juga ngajarin konsep penting dari awal. Kalau kamu udah nyaman sama Node.js dan ekosistem npm-nya, atau proyek kamu sangat bergantung pada package* yang cuma ada di Node.js, pindah ke Deno mungkin butuh adaptasi (walaupun Deno sekarang punya mode kompatibilitas Node.js). Tapi buat nyoba hal baru atau proyek sampingan, Deno tetap layak dicoba.
Intinya, Deno menawarkan pendekatan yang lebih modern, streamlined, dan terintegrasi. Fitur-fitur built-in-nya, dukungan first-class buat TypeScript, dan cara ngelola modul yang beda memang bisa bikin beberapa aspek pengembangan terasa lebih gampang, terutama di awal atau untuk proyek-proyek yang nggak butuh ekosistem package sekompleks Node.js.
Tips Buat Kamu yang Mau Coba Deno:
- Langsung Install dan Coba: Jangan cuma baca, langsung install Deno di komputer kamu. Coba jalanin contoh-contoh skrip sederhana. Rasakan bedanya pakai
deno run
,deno test
,deno fmt
,deno lint
. - Eksplorasi Deno Standard Library (std): Lihat modul-modul bawaan Deno di
https://deno.land/std/
. Banyak fungsi umum yang kamu butuhin udah ada di sana. - Pahami Konsep Security: Biasakan pakai flag permission (
--allow-net
,--allow-read
,--allow-env
, dll.) saat running skrip. Ini penting banget. - Cari Modul di deno.land/x: Kalau butuh modul pihak ketiga, cari di
https://deno.land/x/
. Ini semacam 'npm'-nya Deno, tapi cara pakai dan ngelolanya beda (tetap pakai import URL). - Coba Bikin Proyek Kecil: Mulai dari bikin tool command-line sederhana, API kecil-kecilan, atau skrip buat otomatisasi tugas harian pakai Deno.
Pada akhirnya, 'lebih gampang' itu soal preferensi dan kebutuhan. Tapi nggak bisa dipungkiri, Deno membawa angin segar dengan konsep yang lebih simple di beberapa area kunci, terutama di urusan tooling dan setup. Buat kamu yang pengen coba hal baru, atau lagi cari runtime JavaScript/TypeScript yang terasa lebih 'langsung jadi', Deno beneran layak banget buat dicoba. Mungkin kamu bakal ngerasain sendiri kenapa banyak yang bilang Deno itu beneran lebih santuy dibanding 'kakaknya', Node.js. Cobain aja!