Website jalan di Local, kok malah mati di hosting?

Website jalan di Local, kok malah mati di hosting?
Photo by Ian Schneider/Unsplash

Pernah nggak sih ngalamin gini? Kamu udah capek-capek bikin website di laptop atau PC sendiri, semua fitur jalan lancar, desain kelihatan oke, pokoknya perfect. Terus, pas website itu di-upload ke server hosting di internet, eh malah nggak jalan, error, atau kelakuannya beda banget sama pas di komputer kamu. Rasanya pasti kayak... "kok bisa gitu sih?".

Jangan panik, Bro/Sis! Kamu nggak sendirian kok. Masalah website yang jalan di lokal tapi "mati" di hosting itu super umum. Banyak developer, baik yang masih belajar maupun yang udah jago, pernah ngalamin ini. Ini bukan karena website kamu jelek, tapi lebih karena ada perbedaan antara lingkungan "rumah" (komputer kamu) sama "rumah sewa" (server hosting) si website.

Nah, kenapa sih bisa beda? Dan gimana cara ngatasinnya? Santai, kita bedah satu-satu biar kamu nggak bingung lagi. Jadi, intinya, website itu butuh "lingkungan" tertentu buat bisa hidup dan bernafas dengan baik. Di komputer kamu, lingkungan itu udah pas karena kamu yang nyiapin semua sesuai kebutuhan pas bikin. Tapi di hosting, lingkungannya bisa aja sedikit atau bahkan beda jauh. Ibaratnya, kamu masak resep kue di dapur rumah kamu yang alat-alatnya lengkap, terus coba masak lagi di dapur orang lain yang kompornya beda, ovennya beda, atau bahkan bahan-bahannya ada yang nggak ada. Hasilnya bisa beda kan?

Apa aja sih faktor-faktor yang bikin "lingkungan" ini beda dan bikin website kamu jadi rewel di hosting? Yuk, kita mulai dari yang paling umum.

1. Perbedaan Sistem Operasi (OS): Windows vs Linux itu Beda Dunia!

Ini nih, salah satu biang kerok paling sering. Kebanyakan dari kita ngembangin website di Windows (karena laptopnya Windows). Masalahnya, mayoritas server hosting di internet itu pakai Linux. Nah, Windows sama Linux ini punya perbedaan mendasar, terutama soal penamaan file dan folder.

Case Sensitivity (Peka Huruf Besar/Kecil): Ini yang paling kritis. Di Windows, nama file gambarKU.JPG sama gambarku.jpg itu dianggap SAMA aja. Mau kamu panggil pake huruf besar atau kecil, Windows nggak peduli. Tapi di Linux, mereka itu dianggap DUA file yang BERBEDA! Kalau di kode kamu nulis

tapi di server hosting filenya tersimpan dengan nama gambarku.jpg, website kamu nggak bakal nemuin filenya di Linux. Hasilnya? Gambar nggak muncul, icon hilang, atau bahkan error karena file CSS/JS nggak ketemu.

Tips Ampuh: Selalu biasakan pakai huruf kecil semua untuk nama file dan folder di website kamu (kecuali mungkin nama folder yang emang sensitif atau diatur framework tertentu). Cek lagi semua link* ke file CSS, JavaScript, gambar, atau file lain di kode HTML, CSS, atau JavaScript kamu. Pastikan penamaan file dan pemanggilan di kode sama persis, termasuk besar kecilnya huruf.

2. Versi Software Server: PHP, MySQL, Web Server (Apache/Nginx) Harus Cocok!

Website dinamis (yang pakai PHP, Python, Node.js, dll) itu butuh software pendukung di server. Misalnya PHP buat ngeproses kode, database (kayak MySQL atau PostgreSQL) buat nyimpen data, dan web server (kayak Apache atau Nginx) buat "ngelayanin" permintaan dari browser pengunjung.

  • Versi PHP/Python/Node.js: Kamu bikin website pakai PHP versi 8.0 di lokal, eh di hosting masih pakai PHP 7.2 yang udah jadul banget. Kode-kode atau fitur baru di PHP 8.0 jelas nggak bakal jalan di PHP 7.2. Begitu juga sebaliknya, kalau kamu pakai fitur yang udah dihapus di PHP 8.0 tapi masih jalan di PHP 7.2 lokal kamu, pas di-upload ke server PHP 8.0 ya error lah.
  • Versi Database: Kamu pakai MySQL versi 8.0 di lokal, di hosting versi 5.7. Ada beberapa perintah SQL atau tipe data yang mungkin beda perilakunya atau bahkan nggak ada di versi yang lebih rendah.
  • Versi Web Server: Apache sama Nginx itu punya cara konfigurasi yang beda, terutama lewat file .htaccess (buat Apache) atau file config Nginx. Settingan yang jalan di satu web server belum tentu jalan di yang lain.
  • Tips Ampuh: Sebelum upload, cari tahu dulu versi software apa aja yang dipakai di server hosting kamu. Samakan versi-versi ini sebisa mungkin dengan yang ada di lokal kamu. Kalau nggak bisa persis sama, minimal versinya nggak beda jauh dan kamu tahu fitur-fitur apa aja yang mungkin beda atau nggak didukung. Hosting modern biasanya ngasih opsi buat ganti versi PHP dari control panel mereka (cPanel, Plesk, DirectAdmin, dll). Manfaatkan fitur ini.

3. Konfigurasi Server: File .htaccess dan Settingan Lain yang Bikin Pusing

Web server itu punya file konfigurasi yang ngatur banyak hal, mulai dari cara ngakses file, redirect, rewrite URL, sampe ngatur security. Di Apache, file yang paling sering bikin masalah itu .htaccess.

  • File .htaccess: File ini bisa ada di setiap folder dan isinya bisa ngubah-ubah settingan web server buat folder itu. Contohnya buat bikin URL website kamu jadi lebih cantik (misalnya namadomain.com/profil padahal aslinya filenya profil.php). Settingan di .htaccess lokal kamu mungkin beda sama yang di server hosting, atau bahkan ada modul Apache yang dibutuhkan .htaccess tapi nggak diaktifkan di server hosting.
  • Settingan PHP (php.ini): Sama kayak web server, PHP juga punya file konfigurasi (php.ini). Settingan kayak batas memori (memorylimit), batas waktu eksekusi script (maxexecutiontime), atau cara nampilin error (displayerrors) bisa beda antara lokal sama hosting.
  • Tips Ampuh: Kalau pakai Apache dan ada file .htaccess, cek lagi isinya. Pastikan semua modul yang dibutuhkan (kayak mod_rewrite untuk URL cantik) sudah diaktifkan di server hosting (kalau nggak yakin, tanya support hosting kamu). Kadang, kamu perlu sedikit penyesuaian di file .htaccess pas di-upload ke hosting. Untuk settingan PHP, coba cari fitur "PHP Selector" atau "MultiPHP Manager" di control panel hosting kamu. Di situ kamu bisa lihat dan kadang mengubah beberapa settingan PHP.

4. Database: Koneksi, User, Password, dan Nama Database yang Beda

Website dinamis pasti butuh database. Nah, detail buat nyambungin website ke database di hosting itu PASTI beda sama di lokal.

  • Detail Koneksi: Nama host database (biasanya localhost di lokal, tapi bisa jadi nama server spesifik atau IP address di hosting), nama database, username database, dan password database itu harus sesuai persis dengan yang kamu buat di hosting.
  • Akses Jarak Jauh: Beberapa hosting ngasih akses ke database dari luar (misalnya buat diakses pakai software kayak Navicat atau DBeaver dari komputer kamu), tapi seringnya nggak diaktifkan secara default karena alasan keamanan. Website yang jalan di server yang sama dengan database biasanya pakai host localhost atau 127.0.0.1.
  • Import Database: Pastikan kamu udah ngimport semua data yang dibutuhkan ke database di hosting. Seringkali website nggak jalan karena tabel databasenya kosong atau nggak lengkap.
  • Tips Ampuh: Buat database, user, dan password baru lewat control panel hosting kamu. Catat baik-baik detailnya. Buka file konfigurasi website kamu (file yang isinya info koneksi database, biasanya ada di folder config, app, atau sejenisnya, tergantung framework yang dipakai) dan ubah detail koneksi database ke yang baru sesuai hosting. Pastikan kamu sudah meng-export database dari lokal (biasanya format .sql) dan meng-import-nya ke database yang baru di hosting.

5. File dan Folder Permissions: Siapa Boleh Ngapain?

Di sistem operasi kayak Linux (yang dipakai hosting), setiap file dan folder punya "permissions" atau izin akses. Ini ngatur siapa aja yang boleh membaca (read), menulis/mengubah (write), atau menjalankan (execute) file/folder tersebut. Kalau permissions-nya salah, web server nggak bisa baca file kode PHP kamu, nggak bisa nulis file log, atau nggak bisa ngubah gambar yang di-upload pengguna.

  • Permissions Umum: Umumnya, file diset permissions 644 (pemilik bisa baca/tulis, grup lain bisa baca), dan folder diset 755 (pemilik bisa baca/tulis/eksekusi, grup lain bisa baca/eksekusi). Ada juga kasus tertentu yang butuh 777 (siapa aja bisa baca/tulis/eksekusi), tapi ini SANGAT tidak disarankan karena bahaya keamanan.
  • Tips Ampuh: Cek permissions file dan folder website kamu setelah di-upload. Kamu bisa pakai software FTP (seperti FileZilla) atau fitur File Manager di control panel hosting. Ubah permissions file jadi 644 dan folder jadi 755. Untuk folder-folder tertentu yang butuh fitur upload atau logging, mungkin butuh 755, tapi pastikan kamu tahu pasti kenapa butuh permissions lebih longgar dan cuma terapkan di folder yang benar-benar perlu.

6. Path (Jalur File) dan URL: Absolute vs Relative

Cara kamu ngasih tahu lokasi file atau halaman di lokal bisa beda sama di hosting.

  • Absolute Path: Ini jalur lengkap dari akar server. Di lokal Windows mungkin kayak C:\xampp\htdocs\namasitus\assets\css\style.css. Di Linux hosting, ini bisa jadi /home/namauserhosting/public_html/namasitus/assets/css/style.css. Kalau di kode kamu pakai absolute path yang spesifik ke sistem lokal, jelas di hosting nggak bakal ketemu.
  • Relative Path: Ini jalur file relatif dari lokasi file yang sedang diakses. Misalnya file index.php ada di folder namasitus, dan file CSS ada di namasitus/assets/css. Dari index.php, kamu bisa panggil CSS dengan assets/css/style.css. Ini lebih fleksibel karena nggak peduli lokasi folder namasitus di server.
  • Base URL: Settingan URL dasar website kamu. Di lokal mungkin localhost/namasitus/ atau namasitus.test/. Di hosting jelas jadi namadomainkamu.com/. Framework atau CMS tertentu punya settingan base URL yang harus diubah pas pindah ke hosting.
  • Tips Ampuh: Hindari menggunakan absolute path yang spesifik ke sistem operasi lokal kamu. Sebisa mungkin pakai relative path. Kalau menggunakan framework atau CMS (WordPress, Laravel, CodeIgniter, dll), cari file konfigurasinya dan ubah settingan base URL, path ke folder aplikasi, atau settingan path relevan lainnya agar sesuai dengan struktur di hosting.

7. Cache dan Cookies: Kadang Browser atau Server Nyimpen Data Lama

Ini mungkin bukan masalah website "mati total", tapi bisa bikin website kelihatan nggak update atau berperilaku aneh setelah di-upload.

  • Browser Cache: Browser kamu nyimpen salinan file website (CSS, JS, gambar) buat mempercepat loading. Kalau kamu upload versi baru file-file itu tapi browser masih pakai yang lama dari cache, tampilan website bisa jadi aneh atau fitur baru nggak jalan.
  • Server Cache: Beberapa hosting atau plugin/framework pakai server-side caching buat mempercepat website. Cache ini mungkin perlu dibersihkan setelah kamu upload file baru.
  • Tips Ampuh: Setelah upload, coba buka website di browser dalam mode incognito/private window (mode ini biasanya nggak pakai cache). Kalau di mode incognito jalan normal, berarti masalahnya di cache browser kamu. Suruh pengunjung clear cache browser mereka (atau kamu kasih instruksi). Kalau hosting atau website kamu pakai fitur caching, cari opsi "Clear Cache" di control panel hosting atau di dashboard admin website kamu.

8. Debugging! Gimana Cara Lihat Pesan Error di Server?

Masalah terbesar pas website nggak jalan di hosting adalah kita nggak tahu kenapa nggak jalan. Di lokal, error biasanya langsung muncul di layar. Di hosting, demi keamanan, error seringkali disembunyikan.

  • Menampilkan Error: Settingan PHP display_errors seringkali diset Off di hosting. Kalau ini Off, error PHP nggak bakal muncul di browser.
  • Log Error: Web server dan PHP biasanya punya file log yang mencatat setiap error. Ini harta karun buat debugging.

Tips Ampuh: Sementara proses debugging (jangan dibiarkan On terus setelah beres!), coba aktifkan tampilan error di hosting. Cari settingan display_errors di PHP Selector atau file php.ini di control panel hosting, set jadi On. Atau, kamu bisa coba tambahkan kode ini di bagian paling atas file utama website kamu (misalnya index.php), tapi ini cara darurat dan harus dihapus setelah debugging*:

php
    iniset('displayerrors', 1);
    iniset('displaystartup_errors', 1);
    errorreporting(EALL);

Cara yang lebih baik dan aman adalah mengecek file log error server. Lokasinya beda-beda tergantung hosting, tapi biasanya ada di folder logs di level yang sama dengan folder publichtml atau di dalam folder publichtml itu sendiri. Baca file log tersebut untuk tahu error apa yang terjadi dan di baris kode mana.

9. Batas Sumber Daya Server: Memori dan Waktu Eksekusi

Hosting biasanya punya batasan sumber daya buat setiap akun.

  • Memory Limit: Script PHP butuh memori buat jalan. Kalau script kamu boros memori atau datanya banyak banget, dia bisa melebihi batas memory_limit yang diset di hosting dan akhirnya error.
  • Max Execution Time: Setiap script PHP punya batas waktu berapa lama dia boleh jalan. Kalau ada script yang butuh waktu lama (misalnya import data besar atau proses gambar banyak), dia bisa kena limit maxexecutiontime dan dihentikan paksa.
  • Tips Ampuh: Cek nilai memorylimit dan maxexecution_time di settingan PHP hosting kamu. Kalau website kamu memang butuh lebih besar, coba naikin nilainya lewat PHP Selector di control panel hosting atau lewat file .htaccess (kalau pakai Apache, cari panduannya dari hosting kamu) atau file php.ini. Tapi hati-hati, menaikkan ini terlalu tinggi bisa bahaya atau nggak diizinkan oleh hosting. Kalau mentok, mungkin website kamu memang butuh optimasi kode atau upgrade paket hosting.

10. Third-Party Services & API: Apakah Bisa Diakses dari Server?

Website kamu pakai layanan dari luar? Misalnya Google Maps API, layanan pengiriman email (SendGrid, Mailgun), pembayaran online (Midtrans, Xendit), atau API dari platform lain?

  • Firewall/Blokir: Server hosting mungkin punya firewall yang ngeblok koneksi keluar ke layanan tertentu atau koneksi masuk dari layanan tertentu.
  • URL Callback/Webhook: Kalau layanan pihak ketiga perlu "ngabarin" website kamu (misalnya setelah pembayaran sukses), mereka perlu ngirim data ke URL tertentu di website kamu. Pastikan URL website kamu udah benar dan bisa diakses dari internet.
  • Tips Ampuh: Cek dokumentasi layanan pihak ketiga yang kamu pakai. Apakah ada settingan khusus untuk server? Apakah ada IP address server hosting kamu yang perlu didaftarkan? Pastikan URL website kamu yang dipakai untuk callback atau webhook sudah benar dan bisa diakses publik.

Intinya: Lingkungan Pengembangan dan Produksi Idealnya Sama

Dari semua poin di atas, benang merahnya adalah: semakin mirip lingkungan di komputer lokal kamu dengan lingkungan di server hosting, semakin kecil kemungkinan masalah "jalan di lokal, mati di hosting" terjadi.

Beberapa praktik terbaik yang bisa membantu: Gunakan Virtual Environment atau Docker: Ini cara paling canggih buat memastikan lingkungan lokal kamu persis* sama kayak di server. Virtual environment (untuk Python, Node.js, dll) atau Docker membuat "kotak" terisolasi dengan versi software dan settingan yang spesifik. Jadi, apa yang jalan di kotak itu di komputer kamu, seharusnya juga jalan di kotak yang sama di server.

  • Pakai Staging Environment: Sebelum langsung ke server produksi (yang diakses publik), sediakan satu server "staging" yang lingkungannya sama persis sama server produksi. Upload website ke staging dulu, tes di sana. Kalau udah aman, baru pindah ke produksi.

Kapan Saatnya Minta Bantuan Profesional?

Meskipun udah coba semua tips di atas, kadang masalahnya bisa kompleks banget. Errornya aneh,ログ (log) server nggak jelas, atau kamu udah pusing nyari sumber masalahnya di ribuan baris kode. Ini wajar banget! Nggak semua orang punya waktu atau keahlian buat jadi detektif IT.

Nah, kalau kamu udah mentok dan butuh bantuan buat nge-solve masalah deployment website atau bahkan mau bikin website yang dari awal udah kokoh dan minim masalah pas di-deploy, ini saatnya consider cari bantuan profesional.

Tim kayak Javapixa Creative Studio itu spesialis banget di bidang pengembangan web. Mereka nggak cuma jago bikin desain keren atau ngoding fitur canggih, tapi juga ngerti banget soal arsitektur server, konfigurasi, deployment, dan debugging masalah-masalah teknis yang muncul di hosting.

Kalau kamu kerjasama dengan Javapixa Creative Studio dari awal, mereka bakal nerapin praktik terbaik yang bikin website kamu powerful di lokal dan juga mulus pas pindah ke server hosting. Mereka bisa bantu milih hosting yang pas, nyiapin konfigurasi server, ngatur deployment pake cara yang efisien, dan yang paling penting, troubleshooting kalau ada masalah pas live. Jadi, kamu nggak perlu pusing lagi mikirin kenapa website yang udah jadi kok nggak mau jalan di internet. Javapixa Creative Studio bisa jadi partner kamu buat memastikan proyek web kamu berjalan lancar dari ide sampai bisa diakses jutaan orang.

Penutup

Masalah website jalan di lokal tapi mati di hosting itu tantangan umum di dunia web development. Penyebabnya macam-macam, mulai dari beda sistem operasi, beda versi software, salah konfigurasi, sampai masalah database dan permissions. Kuncinya adalah ngerti perbedaan antara lingkungan lokal dan hosting, teliti dalam ngecek setiap detail, dan sabar saat debugging. Dengan tips-tips di atas, semoga kamu bisa nemuin sumber masalahnya dan bikin website kamu jalan lancar di internet. Dan inget, kalau udah mumet, jangan ragu cari bantuan profesional seperti Javapixa Creative Studio yang emang udah makan asam garam di dunia web development dan deployment. Selamat mencoba!